Lintaspost.com, BANDARLAMPUNG – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Institut Informatika dan Bisnis (IIB) Darmajaya berkolaborasi dengan Lahan Sikam menggelar Webinar “Pentingnya Literasi Keuangan dalam Transaksi Ekonomi Digital” Jumat, (10/12/2021).
Webinar diikuti mahasiswa Magister Manajemen, Prodi Manajemen, Prodi Bisnis Digital, dan Prodi Akuntansi dengan pembicara Dosen IIB Darmajaya Rico Elhando Badri, S.E., M.E.I. dan IT Manager Lahan Sikam Dody Setiyawan. Kegiatan yang dibuka Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) IIB Darmajaya Dr. Faurani I Santi Singagerda, S.E., M.Sc. tersebut diikuti ratusan peserta dalam platform zoom meeting.
Dalam sambutannya, Faurani I Santi Singagerda menyampaikan terima kasih kepada Lahan Sikam yang bernaung dalam PT Berkah Financial Teknologi telah menginisiasi dan berkolaborasi untuk memberikan literasi.
“Dimana kegiatan ini sangat penting untuk literasi keuangan di Civitas Academica IIB Darmajaya. Khususnya dengan perkembangan digital yang semakin cepat. Maka dengan adanya webinar ini dapat memberikan kita pemahaman tentang penggunaannya,” ucapnya.
Dengan literasi ini, lanjut dia, tidak hanya mengetahui financial technology tetapi juga bagaimana proses transaksi terjadi. “Dengan itu kita bisa lihat justru apa saja yang dapat membantu kesejahteraan kita sendiri. Lahan Sikam ini juga dibawah pengawasan OJK dalam menjalankan usahanya. Dalam pertemuan ini teman-teman akan diberikan informasi yang banyak tentang keuangan digital,” imbuhnya.
Rico Elhando Badri mengatakan fintech atau yang sering disebut financial technology merupakan sebuah inovasi pada industri jasa keuangan yang memanfaatkan penggunaan teknologi.
“Sebuah inovasi berhasil mentransformasi suatu sistem atau pasar yang eksisting, dengan memperkenalkan kepraktisan, kemudahan akses, kenyamanan, dan biaya yang ekonomis, dikenal sebagai Inovasi Disruptif,” ungkapnya.
Rico–biasa dia disapa–banyak jenis fintech yang dapat dijumpai dalam keseharian. “Mulanya dari adanya kalkulator, internet banking, digital payment, credit scoring, hingga saat ini equity crowd funding, financial planner (Digital Financial Innovation),” imbuhnya.
Ia juga menjelaskan regulasi fintech di Indonesia terfokus pada dua lembaga. “Untuk sistem pembayaran dilakukan oleh Bank Indonesia dan jasa keuangan melalui Otoritas Jasa Keuangan,” tuturnya.
Literasi keuangan, lanjut dia, sangat penting karena akan mengenal ciri-ciri dari investasi ilegal. “Ciri-cirinya yaitu klaim tanpa risiko, memanfaatkan tokoh masyarakat/agama/public figure/ untuk menarik minat investasi, menjanjikan keuntungan tidak wajar dalam waktu cepat, menjanjikan bonus dari perekrutan anggota baru (member get member), dan legalitas tidak jelas,” ucapnya.
Masih kata dia, banyak masyarakat yang menjadi korban fintech bahkan investasi ilegal karena kurangnya literasi keuangan. “Masyarakat tergiur dengan untung secara cepat namun tidak memiliki izin dari OJK maupun BI,” kata dia.
Sementara, Dody Setiyawan mengatakan Lahan Sikam merupakan salah satu fintech di Indonesia yang memiliki platform P2P Lending. “Kami P2P Lending pertama di Sumatra yang terdaftar secara resmi di OJK,” ungkapnya.
Peningkatan fintech, lanjut dia, juga diikuti karena pandemi yang terjadi di dunia dan Indonesia. “Namun belum menyeluruh orang memahami teknologi terutama di kabupaten,” kata dia.
Dedy–biasa dia disapa–menerangkan dengan adanya kegiatan ini juga dapat memberikan pemahaman mengenai fintech yang legal. “Mahasiswa juga menjadi lebih paham dan mengetahui untuk membagikan informasi fintech yang legal dan ilegal terkait ciri-cirinya,” tutupnya. (**)