Lintaspost.com, Jakarta Selatan – Melalui program Jumat Beli Lokal diwilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan ternyata melampaui ekspektasi para pelaku usaha dan penyelenggara acara. Dua minggu dilakoni, dari 3.484 produk penjualan, event tersebut mampu meraup omset Rp 105 juta.
Munjirin selaku Walikota Administrasi Jakarta Selatan bahkan, menginginkan program JBL segera dipatenkan. Pasalnya, kegiatan yang digelar sejak 26 November dan berakhir di 5 Desember itu menarik perhatian masyarakat yang cukup besar. Hal itu ditandai dengan laku nya berbagai produk yang dijajakan.
“Mekanisme penjualan yang bekerja sama dengan Tokopedia dikasih range waktu segitu dan sosialisasi yang masif tercapai hasil yang maksimal. Berarti kita minta nanti agar program ini, penjualan model kemarin itu, untuk diberikan ruang yang lebih lama lagi. Malah kalau bisa dipatenkan program itu,” paparnya, Kamis, (9/12/21).
Dirinya memaparkan, dengan dipatenkan program tersebut nantinya masyarakat bisa membeli produk kapan saja. Tidak hanya itu, ia juga ingin melibatkan pelaku UMKM yang masuk Jakpreneur untuk diundang.
“Lokasi pelaku UMKM kan ada yang di kelurahan, makanya nanti itu menjadi tanggung jawab kita semua. Tidak hanya sudin pengampu saja,” tambahnya.
Ketika dikonfirmasi produk apa saja yang sudah dicicipi, Munjirin fasih menjelaskan. Dirinya telah mencoba kue ketawa, keripik pisang hingga minuman jamu.
“Namanya kue ketawa itu enak bener, kalau pergi dibawa itu enak, keripik pisang oke, dodol juga oke, apalagi kalau suasana adem begini enak minum Suwe Ora Jamu,” ucapnya.
Dedy Wibowo selaku Kasudin Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Jakarta Selatan Dedy Wibowo menjelaskan, produk UMKM kini tidak kalah dengan produk yang sudah lebih dulu terkenal. Baik dari segi kemasan dan rasa, ia malah berani untuk diadu.
“Produk UMKM dari Jakarta Selatan itu menjadi juara satu pada event yang digelar oleh Kementerian Koperasi dan UKM RI. Itu ada produk Suwe Ora Jamu. Jadi dari 11 nominasi tiga produk itu milik Jakarta Selatan,” jelas Dedy.
Walaupun produk UKM disebutnya mempunyai kelemahan dalam segi promosi. Hal itulah kenapa pihaknya menggelar event untuk memperkenalkan ke masyarakat luas. “Jaksel punya potensi bagus di sisi produk UMKM, cuma belum terekpose. Makanya kita berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mendapatkan space agar produk ini dipromosi dan diperkenalkan ke publik,” ujarnya.
Dirinya mengaku jika produk UMKM sangat berpeluang masuk ke pasar internasional. Sederet produk telah memenuhi persyaratan dan mampu bersaing dengan produk luar negeri. “Hampir semua UKM maju, hanya saja memang maju pesat di Selatan. Karena apa, di samping SDM dan produknya berpotensi, kami mengupayakan untuk membimbing pelaku UKM mulai dari pendaftaran, pelatihan, pendampingan, perizinan, pemasaran, laporan keuangan, permodalan dibantu dan difasilitasi,” tuturnya.
Sedangkan, Owner dari Wedang Batavia 86 Teguh Cahya, mengaku event JBL merupakan kegiatan yang ditunggu oleh pelaku usaha. “Intinya ini event yang ditunggu karena ujung-ujungnya ya jualan. Harus ada transaksi. Memang salah satunya program JBL sangat efektif,” jelasnya.
Ketika mengikuti JBL, Teguh menjual produk andalannya berupa wedang komplit, bir pletok tubruk, wedang korea, dan wedang bunga telang sehat. “All varian Rp 35 ribu. Kita juga sudah masuk dijual di marketplace, dan udah masuk supermarket Korea,” ungkapnya.
Dirinya mengarahkan JBL segera dilanjutkan, karena terbukti mendatangkan untung bagi pelaku usaha. “Melalui Jakpreneur official store, kenapa gak dilanjutkan. Yang produknya laku stay disitu, yang gak laku ya didegradasi. Harusnya memang berkolaborasi, justru harus melibatkan banyak pihak akan lebih bagus,” tutupnya.
(Agil)